Halaman

Senin, Maret 19, 2012

BEAUTIFUL MEMORIES


Hari dari sekian hari yang paling indah dalam kehidupan gue adalah ketika gue masih duduk di bangku sekolah madrasah uliyah Mansya'ul Falah Pecanggaan, Jepara. Di sekolah yang kondisinya jauh dari standar itu gue, Aji, Ihda, Lia, Agus, Nauval dan Fatah belajar agama dan realita kehidupan. Ditemani oleh guru-guru yang hebat, kami juga belajar kesederhanaan walupun sebagian dari kami ada yang berasal dari keluarga kaya.

Saat itu kami menjadi saksi betapa rendahnya minat masyarakat moderen dalam hal ilmu agama dan akhirat. Bayangkan saja untuk kelas satu di sekolah tersebut hanya ada enam orang siswa yaitu gue, Aji, Lia, Ihda, Agus dan Nauval. Sementara
Fatah adalah satu-satunya siswa kelas dua yang masih tersisa. Alasan bagi kami kenapa kami bertahan di sekolah itu?, adalah karena kami ingin mencari ilmu yang berkah. Sebenarnya kami bisa saja mencari sekolah agama yang kondisinya jauh lebih baik, tapi banyaknya aliran yang berkembang dalam islam membuat kami harus memilih madrasah Mansya’ul Falah sebagai tempat belajar agama kami.

Di tengah keadaan yang memprihatinkan, kami bertujuh seperti Laskar Pelangi yang pantang menyerah. Kami tetap semangat belajar karena kami ditemani oleh guru-guru yang menyenagkan. Tidak jarang ketika Fatah ada jam kosong dia ikut bergabung di kelas satu dan kami bersama-sama mengkaji pelajaran kelas  satu. Tanpa memperdulikan status sosial, kami bersahabat dengan baik. Tidak ada perselisihan di antara kami karena kami saling membutuhkan satu sama lain.

Kebahagiaan kami semakin bertambah dengan hadirnya guru-guru hebat. Guru yang tidak pamrih dan guru yang menjadi ayah bagi kami semua. Meraka mafhum dengan kondisi kami yang berangkat ke sekolah sore dalam keadaan lelah setelah beraktifitas di sekolah pagi. Sepeserpun mereka tidak mengharapkan bayaran dari kami atas jasa mereka. Yang ada di benak seorang guru hanyalah bagaimana caranya agar kita selalu hidup di jalan yang benar sesuai dengan aturan agama. Kalaupun untuk urusan financial kehidupan mereka sudah cukup mapan dan nyaman. Bahkan di atara guru kita, sudah ada yang memiliki pesantren dan usaha sendiri.

Sedikit bercerita, gue masih ingat betul bagaimana memukaunya Bpk. Ainun Najib dan Bpk. KH. Ni’am ketika membaca kitab salafi, dan gue juga masih terbayang betapa cerdasnya  Bpk. KH. Syaifudin ketika menjawab pertanyaan yang kami lontarkan kepada beliau. Salah satu kalimat yang masih gue ingat dari mereka adalah “ supaya hati kita mudah menerima nasihat yang baik, kita harus sesering mungkin membaca kalimat toyyibah”.

Sekarang Laskar Pelangi Mansya’ul Falah hanya tersisa empat orang. Gue, Aji, dan Fatah harus terpaksa berpisah dengan teman-teman. Aji meneruskan pendidikannya di Universitas Negri Semarang, Fatah melanjutkan S1 di Yogyakarta, sementara gue juga sibuk mengurusi proyek Kepela Sekolah gue di MA. Matholi’ul Huda Troso, Jepara. Bukan keputusan yang mudah bagi gue, Aji, dan Fatah mengambil jalan tersebut, tapi kami benar-benar harus pergi. Terkadang gue menagis ketika teringat kisah bersama mereka, jika ada yang bertanya “kenapa gadis kecil menangis?” gue hanya menjawab in this world I just want a party that does not expire, but the party has not started we've had to part, but look at all back to normal it's more fun "

Satu harapan gue untuk Mansaya’ul Falah adalah suatu  saat gue bisa membawa kenagan ini ke tempat lain. Ke negara yang tanahnya tidak berwarna coklat, ke daerah yang hembusan anginya berbeda, dan menceritakan Mansaya’ul Falah pada orang asing. Agar dunia juga tahu bahwa untuk menjadi orang besar tidak harus berda di tempat yang besar, tapi bagaimana cara kita untuk memberi kebaikan kepada apa yang ada di sekitar kita. So, my Lord Almighty, thanks for 
your blessing, and help me to make my dream come true. Aamiinn aamiinn aamiinn.


4 komentar:

  1. Saya turut mendoakan yang terbaik untuk semua pihak... :)

    BalasHapus
  2. gilee... terus g ada adek kelas yang meneruskan madrasah itu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. sampai sekarang masih ada yang meneruskan dan bersedia sekolah di madrasah tersebut, tapi posisi kelas tiga yang seharusnya di isi fatah setelah kenaikan kelas kosong . . . . hemmzzz menyedihkan :)

      Hapus